Jumat, 19 September 2014

MAKALAH PROSES PEMBUATAN KOMPOS




Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah dengan segala keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya.
Makalah ini berjudul “Proses Pembuatan Kompos”
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah  ini. Semoga kebaikanyang diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana wa Ta’ala.Amin.          
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah  ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Medan, 25 Maret 2014
                                                                                                               Penulis





Dewasa ini, banyak sekali orang-orang yang membudidaya tanaman hias. Untuk mendapatkan tanaman yang baik, kita harus memberi unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Salah satunya adalah pupuk. Pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik salah satunya adalah kompos. Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja di dalamnya.
Kompos banyak sekali macamnya. Kompos yang kali ini kita bahas adalah kompos kotoran hewan yang dicampur dengan dedaunan. Kami membuat kompos ini karena bahan-bahan yang digunakan mudah didapat di lingkungan kami
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz, Indore, dan Macdonald. Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002).

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1.Apakah pengertian kompos dan bagaimana proses pembuatannya?
2.Apa manfaat kompos?
3.Apa Dasar-Dasar Pengomposan?
4.Bagaimana Teknologi Pengomposan?
5.Bagaimanakah Metode Pembuatan Kompos di TPA Marelan?

Secara praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.Menjadi bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis peranan mikroorganisme
        dalam proses pembuatan pupuk kompos.
2.Menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan            
        penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme dalam  
        proses pembuatan pupuk kompos serta bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.

Selain untuk media latihan dan tugas kami, kami juga berharap agar makalah ini berguna bagi masyarakat juga bagi pembaca. Kami menyusun makalah ini sedemikian sehingga para pembaca mudah untuk memahami dan mempraktekkan membuat kompos.




   Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
   Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan



1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o ­ 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Konsep Pengelolaan Sampah 3R adalah konsep pengelolaan sampah yang menggunakan konsep Reuse, Reduce, dan Recycle.
· Reuse (Guna ulang)  yaitu kegiatan penggunaan kembali samapah yang masih digunakan
       baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain Reduce (Mengurangi) yaitu mengurangi
       segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah
· Recycle (Mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru
Contoh kegiatan 3R dirumah tangga
a. Reuse:
- Gunakan kembali wadah/ kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya
        botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goring
- Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
- Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
- Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
b.Reduce:
Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang. Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill) Kurangi penggunbaan bahan sekali pakai
c. Recycle :
- Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai Lakukan
        pengolahan sampah organic menjadi kompos
- Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow Composting. Kompos ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun sejajar. Tumpukan secara berkala dibolak-balik untuk meningkatkan aerasi, menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan menurunkan kelembaban kompos. Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang besar. Lama pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan.
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
a.Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi dengan menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup dengan terpal plastik. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3-5 minggu.
b.Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi aerasi. Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa udara. Seringkali ditambahkan pula cacing (vermikompos). Lama pengomposan kurang lebih 2-3 minggu dan kompos akan matang dalam waktu 2 bulan.
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
a.Rotary Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus untuk proses pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan dicampur pada saat dimasukkan ke dalam drum. Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi pada kompos.
b.Box/Tunnel Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar. Bahan-bahan mentah akan dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap pengomposan berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan selanjutnya diaduk secara mekanik dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan proses pematangan kompos dilanjutkan.
c. Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.
Di TPA Medan Marelan, pengolahan sampah dengan cara pengomposan sayangnya masih dilakukan secara kecil – kecilan. Dari sumber yang didapat mengatakan bahwa pengomposan di TPA Medan Marelan belum dilakukan secara besar – besaran disebabkan karena kurangnya dana dan juga tenaga ahli.
Proses pengomposan di medan Marelan antara lain :
1.      Bahan-bahan yang digunakan
Ø Sampah atau dedaunan
Ø Air
2.      Alat yang digunakan
Ø Cangkul
Ø Pisau
Ø Timba
Ø Tongkat pengaduk
Ø Plastik penutup
3.      Cara pembuatan
1.      Mengumpulkan alat dan bahan terlebih dahulu.
2.      Membuat lubang sebagai tempat penbuatan kompos.Ukuran lubang disesuaikan dengan banyaknya kompos yang akan dibuat dengan kedalaman sekitar 60-100 cm.
3.      Memotong kecil-kecil dedaunan. Agar proses pengomposan berjalan dengan baik dan cepat maka dedaunan harus dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.
4. Mencampurkan dedaunan dengan kotoran sapi. Dedaunan yang sudah dipotong            
          dicampurkan dengan kotoran sapi yang telah disiapkan.
5. Memasukkan campuran tersebut ke dalam lubang yang telah di siapkan.
6. Menyiram media tersebut setiap hari dengan air secukupnya. Agar proses pengomposan
         berjalan dengan baik, maka media kompos harus mengandung air sekitar 50%.

7. Menutup media tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.
8. Setelah 3 minggu kompos siap di panen. Setelah 3 minggu atau media kompos berwujud
         lumpur hitam yang mengandung air sekitar 50%,kompos siap dipanen.
9. Mengeringkan media tersebut dengan cara di jemur sampai kering.
10.Mengayak kompos tersebut. Setelah kompos kering kompos tersebut diayak agar
         memperoleh kompos yang halus.

              
Gambar Proses Pengumpulan dan Pemilihan Sampah Organik Dan Non Organik d Marelan




    
Horizontal Scroll: BANK SAMPAH                               

                                                                                                                                                    
Skema ataupun gambar proses pendaur ulangan sampah di TPA Medan Marelan



 
Gambar 3. Alat yang digunakan pengolahan sampah menjad
Gambar 4. Bak pengomposan sampah
Gambar 5. Sampah yang telah di olah menjadi kompos
 



A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jelaskan diatas, maka dapat di simpulkan bahwa:
1.        Kompos adalah adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja di dalamnya.
2.        Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek linkungan, dan aspek bagi tanah atau tanaman.
3.        Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, derajat keasaman, dan bahan yang digunakan.
4.       Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.
5.        Di TPA Medan Marelan, pengolahan sampah dengan cara pengomposan masih dilakukan secara kecil – kecilan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka dapat di sarankan, Dalam pembuatan kompos jangan gunakan bahan bahan yang keras, biji tumbuhan yang matang, produk dari susu, daging, bangkai dan bahan yang tercemar zat kimia. Jagalah suhu agar tetap pada temperatur 30 ­ 60o C. Jagalah agar kelembaban kompos berkisar 50%. Jika perlu gunakan EM – 4.





Abdurohim, Oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 13 Juni 2010.
Cahyani, Sri Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L), sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Guntoro Dwi,dkk. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu(Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Ritapunto, 2008. Bokashi express. http://www.wikimu.com/News/ DisplayNews. aspx?id=11513
Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.
Susilawati, Rini. 2000. Penggunaan Media Kompos Fermentasi (Bokashi) dan Pemberian Effective Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
Yusuf, Yuslita. 2000. Pengaruh Pemberian Bokashi Batang Jagung Terhadap Kelengketan Tanah (Soil Stickiness) Pada Alat Pengolahan Tanah Bajak Singkal, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.

1 komentar:

  1. Hotel Casino & Spa - Las Vegas, NV - Mapyro
    Welcome to Hotel Casino & Spa. 양산 출장샵 Hotel, Casino, and Spa 성남 출장안마 offers a 이천 출장샵 luxury spa, 45 treatment 부천 출장샵 rooms, an outdoor 서귀포 출장마사지 pool, and a casino.

    BalasHapus