Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan
ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah dengan segala
keindahan-Nya, zat yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang
terlepas dari segala sifat lemah semua makhluk-Nya.
Makalah ini berjudul “Proses Pembuatan Kompos”
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan makalah
ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terkait,yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Semoga kebaikanyang
diberikan oleh semua pihak kepada penulis menjadi amal sholeh yang
senantiasa mendapat balasan dan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah Subhana
wa Ta’ala.Amin.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
Medan, 25 Maret
2014
Penulis
Dewasa ini, banyak sekali orang-orang yang membudidaya tanaman
hias. Untuk mendapatkan tanaman yang baik, kita harus memberi unsur-unsur yang
diperlukan tanaman. Salah satunya adalah pupuk. Pupuk dibedakan menjadi dua,
yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik salah satunya adalah
kompos. Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan karena
adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja di dalamnya.
Kompos banyak sekali macamnya. Kompos yang kali ini kita bahas
adalah kompos kotoran hewan yang dicampur dengan dedaunan. Kami membuat kompos
ini karena bahan-bahan yang digunakan mudah didapat di lingkungan kami
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah
(telah melapuk) (Hasibuan, 2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah,
dapat langsung digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus
didekomposisikan dulu sehingga melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo,
1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz,
Indore, dan Macdonald. Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah
(serasah, sampah organic, dll) ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih.
Kemudian diberi pupuk kandang sebagai aktifator, setelah beberapa hari
temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa mematikan
kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak sehingga
keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga
tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan
dilakukan sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus
ditutup dengan lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah
kehilangan N lebih lanjut dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya
sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya kompos telah matang dan dapat
dipergunakan (Sutejo, 2002).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1.Apakah
pengertian kompos dan bagaimana proses pembuatannya?
2.Apa
manfaat kompos?
3.Apa
Dasar-Dasar Pengomposan?
4.Bagaimana
Teknologi Pengomposan?
5.Bagaimanakah
Metode Pembuatan Kompos di TPA Marelan?
Secara praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat
bermanfaat sebagai berikut :
1.Menjadi
bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis peranan mikroorganisme
dalam proses pembuatan pupuk kompos.
dalam proses pembuatan pupuk kompos.
2.Menjadi
sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan
penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme dalam
proses pembuatan pupuk kompos serta bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.
penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme dalam
proses pembuatan pupuk kompos serta bagaimana proses pembuatan pupuk kompos.
Selain untuk media latihan dan tugas kami, kami juga berharap agar
makalah ini berguna bagi masyarakat juga bagi pembaca. Kami menyusun makalah
ini sedemikian sehingga para pembaca mudah untuk memahami dan mempraktekkan
membuat kompos.
Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
Sedangkan proses
pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat
campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan
penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur
hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman
menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil
panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi
volume/ukuran limbah
3.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,
misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota,
kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah
agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa
sawit, dll.
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat
membuat kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlangsung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat
dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama
tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70o C.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di
dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi
CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan
oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya
adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen
yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses
pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat
organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme
tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati.
Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Konsep Pengelolaan Sampah 3R adalah konsep pengelolaan sampah yang
menggunakan konsep Reuse, Reduce, dan Recycle.
· Reuse (Guna ulang) yaitu kegiatan
penggunaan kembali samapah yang masih digunakan
baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain Reduce (Mengurangi) yaitu mengurangi
segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah
baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain Reduce (Mengurangi) yaitu mengurangi
segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah
· Recycle (Mendaur ulang) yaitu mengolah
sampah menjadi produk baru
Contoh kegiatan 3R dirumah tangga
a. Reuse:
- Gunakan kembali wadah/ kemasan untuk
fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya
botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goring
botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goring
- Gunakan wadah/kantong yang dapat
digunakan berulang-ulang
- Gunakan baterai yang dapat di charge
kembali
- Jual atau berikan sampah yang terpilah
kepada pihak yang memerlukan
b.Reduce:
Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang. Hindari
pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill) Kurangi penggunbaan bahan sekali
pakai
c. Recycle
:
- Pilih produk dan kemasan yang dapat
didaur ulang dan mudah terurai Lakukan
pengolahan sampah organic menjadi kompos
pengolahan sampah organic menjadi kompos
- Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang
bermanfaat.
Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow
Composting. Kompos ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun sejajar.
Tumpukan secara berkala dibolak-balik untuk meningkatkan aerasi, menurunkan
suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan menurunkan kelembaban kompos. Teknik ini
sesuai untuk pengomposan skala yang besar. Lama pengomposan berkisar antara 3
hingga 6 bulan, yang tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan.
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
a.Aerated
static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi
aerasi dengan menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup dengan terpal
plastik. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3-5 minggu.
b.Aerated
compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi
aerasi. Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa udara. Seringkali
ditambahkan pula cacing (vermikompos). Lama pengomposan kurang lebih 2-3 minggu
dan kompos akan matang dalam waktu 2 bulan.
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk
mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi
pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh
pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
a.Rotary
Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus
untuk proses pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan dicampur pada saat
dimasukkan ke dalam drum. Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi
pada kompos.
b.Box/Tunnel
Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar.
Bahan-bahan mentah akan dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap
pengomposan berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi
produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan
dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan
selanjutnya diaduk secara mekanik dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak
zona ke dua dan proses pematangan kompos dilanjutkan.
c. Mechanical
Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau
kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau
dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin
Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah
tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong
khusus untuk di komposkan.
Di TPA Medan Marelan, pengolahan sampah dengan cara pengomposan
sayangnya masih dilakukan secara kecil – kecilan. Dari sumber yang didapat
mengatakan bahwa pengomposan di TPA Medan Marelan belum dilakukan secara besar
– besaran disebabkan karena kurangnya dana dan juga tenaga ahli.
Proses pengomposan di medan Marelan antara lain :
1. Bahan-bahan yang
digunakan
Ø
Sampah atau dedaunan
Ø
Air
2. Alat yang digunakan
Ø
Cangkul
Ø
Pisau
Ø
Timba
Ø
Tongkat pengaduk
Ø
Plastik penutup
3. Cara pembuatan
1.
Mengumpulkan alat dan bahan
terlebih dahulu.
2.
Membuat lubang sebagai
tempat penbuatan kompos.Ukuran lubang disesuaikan dengan banyaknya kompos yang
akan dibuat dengan kedalaman sekitar 60-100 cm.
3.
Memotong kecil-kecil
dedaunan. Agar proses pengomposan berjalan dengan baik dan cepat maka dedaunan
harus dipotong kecil-kecil terlebih dahulu.
4. Mencampurkan dedaunan dengan kotoran sapi. Dedaunan yang sudah
dipotong
dicampurkan dengan kotoran sapi yang telah disiapkan.
dicampurkan dengan kotoran sapi yang telah disiapkan.
5. Memasukkan campuran tersebut ke dalam lubang yang telah di
siapkan.
6. Menyiram media tersebut setiap hari dengan air secukupnya. Agar
proses pengomposan
berjalan dengan baik, maka media kompos harus mengandung air sekitar 50%.
berjalan dengan baik, maka media kompos harus mengandung air sekitar 50%.
7. Menutup media tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.
8. Setelah 3 minggu kompos siap di panen. Setelah 3 minggu atau
media kompos berwujud
lumpur hitam yang mengandung air sekitar 50%,kompos siap dipanen.
lumpur hitam yang mengandung air sekitar 50%,kompos siap dipanen.
9. Mengeringkan media tersebut dengan cara di jemur sampai kering.
10.Mengayak kompos tersebut. Setelah kompos kering kompos tersebut
diayak agar
memperoleh kompos yang halus.
memperoleh kompos yang halus.
Gambar Proses Pengumpulan dan
Pemilihan Sampah Organik Dan Non Organik d Marelan
Skema ataupun gambar proses pendaur ulangan sampah di TPA Medan
Marelan
Gambar
3. Alat yang digunakan pengolahan sampah menjad
Gambar
4. Bak pengomposan sampah
|
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jelaskan diatas, maka dapat di simpulkan
bahwa:
1.
Kompos adalah adalah bahan-bahan organik yang telah
mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja
di dalamnya.
2.
Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek
linkungan, dan aspek bagi tanah atau tanaman.
3.
Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh suhu, kelembaban,
derajat keasaman, dan bahan yang digunakan.
4.
Material
sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan.
5.
Di TPA Medan
Marelan, pengolahan sampah dengan cara pengomposan masih dilakukan secara kecil
– kecilan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas maka dapat di sarankan, Dalam pembuatan kompos
jangan gunakan bahan bahan yang keras, biji tumbuhan yang matang, produk dari
susu, daging, bangkai dan bahan yang tercemar zat kimia. Jagalah suhu agar
tetap pada temperatur 30 60o C. Jagalah agar kelembaban kompos
berkisar 50%. Jika perlu gunakan EM – 4.
Abdurohim,
Oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan
Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 13 Juni 2010.
Cahyani,
Sri Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap Sifat Fisik dan
Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L), sebuah skripsi. Dalam IPB
Repository diunduh 12 Juni 2010.
Guntoro
Dwi,dkk. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara
Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu(Saccharum
officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor.
Ritapunto, 2008.
Bokashi express. http://www.wikimu.com/News/ DisplayNews. aspx?id=11513
Rohendi,
E. 2005. Lokakarya
Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.
Susilawati,
Rini. 2000. Penggunaan Media Kompos Fermentasi (Bokashi) dan
Pemberian Effective
Microorganism - 4 (EM-4) Pada Tanah Podzolik Merah Kuning Terhadap Pertumbuhan Semai Acacia mangium Wild, sebuah skripsi. Dalam IPB
Repository diunduh 12 Juni 2010.
Yusuf,
Yuslita. 2000. Pengaruh Pemberian Bokashi Batang Jagung Terhadap
Kelengketan Tanah (Soil
Stickiness) Pada Alat Pengolahan
Tanah Bajak Singkal, sebuah skripsi.
Dalam IPB
Repository diunduh 12 Juni 2010.
Hotel Casino & Spa - Las Vegas, NV - Mapyro
BalasHapusWelcome to Hotel Casino & Spa. 양산 출장샵 Hotel, Casino, and Spa 성남 출장안마 offers a 이천 출장샵 luxury spa, 45 treatment 부천 출장샵 rooms, an outdoor 서귀포 출장마사지 pool, and a casino.