NUTRISI
MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN PEMANIS PADA
MAKANAN DAN MINUMAN
Oleh
:
SITI
NUR RAMADANI
Mahasiswi
Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNIMED
ABSTRAK
Kebiasaan
makan masyarakat zaman sekarang yang mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji
berpengaruh besar terhadap berbagai kandungan baik zat – zat pada makanan alami
serta buatan, terutama zat – zat kimia, pengawet, penyedap dan pemanis yang
dominan terkandung di dalam makanan dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Semua zat tambahan sintetis ( bahan pengawet, anti oksidan, pengikat logam,
emulsi, pengental, pemutih, bufer, zat pewarna, zat pemanis, makanan suplemen,
penyedap rasa ) dalam makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi ada kaitannya
dengan kebutuhan nutrisi pada manusia. Dimana apabila kita terlalu banyak
mengkonsumsi zat aditif sintetik akan mengurangi nutrisi dalam tubuh kita.
Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui nutrisi manusia dan
kaitannya dengan keuntungan dan kelemahan pemanis pada makanan dan minuman.
Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan metode jelajah literatur dari berbagai
sumber di internet. Hasil dari jelajah literatur ini diperoleh bahwa Pemanis adalah bahan
makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan
alami maupun buatan. Contoh dari pemanis buatan antara lain aspartam, sakarin
dan siklamat. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh
dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi
atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, adapun contohnya
adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi
menyebabkan tumor dan penyakit yang bersifat karsinogenik lainnya. Oleh karena
itu Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) telah menetapkan batas – batas yang
disebut Acceptable.
Kata kunci :
Pemanis, makanan, minuman, nutrisi.
ABSTRACK
Eating habits of today's society that consume
a variety of fast food major impact on both the
content of various substances
in the natural food and artificial, especially
chemicals, preservatives,
flavorings and sweeteners contained in the
dominant and the food
is very harmful for
health. All synthetic additives (preservatives, anti-oxidants, metal binder,
emulsion, thickener, bleaching, buffers, coloring agents, sweeteners, food supplements,
flavors) in foods and beverages commonly
consumed is related with the
nutritional needs of humans. Where if we consume too many
synthetic additives will reduce the nutrients
in our body. This scientific article
aims to determine human nutrition
and its relation to the advantages
and drawbacks sweetener
in foods and
beverages. Writing in this scientific article using
literature from a variety sources on the internet. The results of this
literature study found that the sweetener is a food ingredient that is used to
create a good sweet flavor derived from natural and artificial materials.
Examples of artificial sweeteners such as aspartame, saccharin and cyclamate.
Natural sweeteners is a sweet flavoring ingredients are derived from plant
materials or animal. Natural sweetener produced from the extraction or isolation
from plants and fruits or through enzymatic, as for example is sucrose,
glucose, fructose, sorbitol, mantitol, and isomalt. The results showed that
some types of artificial sweeteners can potentially cause tumors and
carcinogenic. Therefore, the World Health Organization (WHO) has set limits of
Acceptable.
Keywoard : Sweeteners, foods, drinks, nutrition.
PENDAHULUAN
Kebiasaan makan masyarakat zaman
sekarang yang mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji berpengaruh besar
terhadap berbagai kandungan baik zat – zat pada makanan alami serta buatan,
terutama zat – zat kimia, pengawet, penyedap dan pemanis yang dominan
terkandung di dalam makanan dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Contoh
makanan instan yang sering dikonsumsi masyarakat, misalnya kue – kue kering,
keripik, crispy, jelly, berbagai jenis permen, minuman dan makanan ringan
lainnya.
Data hasil survei
Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999)
menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan
penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996
menjadi 11,37% pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap
konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu
kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5%
energi dan 4,2% protein.
Akibat kemajuan teknologi pangan dewasa ini, tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis karena semakin sibuk sehingga tidak sempat memasak, dan terjaminnya kebutuhan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sepanjang tahun tanpa menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi, semua hal tersebut mendorong produksi dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM).
Akibat kemajuan teknologi pangan dewasa ini, tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis karena semakin sibuk sehingga tidak sempat memasak, dan terjaminnya kebutuhan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sepanjang tahun tanpa menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi, semua hal tersebut mendorong produksi dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM).
Nutrisi adalah zat – zat yang
diperlukan dan dikandung dalam makanan yang baik bagi tubuh manusia. Sedangkan
zat pemanis merupakan bahan yang digunakan agar makanan mempunyai rasa manis
atau lebih manis. Zat pemanis dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami dan
pemanis buatan. Pada faktanya masih banyak masyarakat yang memiliki pola makan
tidak sehat ( sering mengkonsumsi makanan yang mengandung berbagai zat – zat
buatan atau sintetik ) dan hal tersebut sebenarnya harus segera dihindari
karena sangat mempengaruhi nutrisi dalam tubuh.
Menurut WHO (1983)
seperti yang dikutip oleh Frank C.Lu (1995), zat tambahan makanan adalah “bahan
apapun yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk makanan,
baik mempunyai nilai gizi atau tidak, yang bila ditambahkan dengan sengaja pada
makanan untuk tujuan teknologi (termasuk organoleptik) dalam pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengmasan, pengangkutan, atau
penanganan makanan akan mengakibatkan atau dapat diharapkan berakibat (secara
langsung atau tak langsung) makanan itu atau mempengaruhi ciri-ciri makanan
itu. Istilah ini tidak mencakup ‘pencemar’ atau zat-zat yang ditambahkan pada
makanan untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu gizi”.
Pemanis merupakan
senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk
olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan
tambahan kimia, selain zat yang lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet,
pewarna, dan lain sebagainya (Rismana, 2002).
Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis
yaitu sintetis dan natural atau alami. Sedangkan berdasarkan fungsinya, pemanis
dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis
sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Contoh dari pemanis ini antara lain
taumatin, alimat, siklamat, aspartam, dan sakarin. Pemanis natural dihasilkan
dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui
enzimatis, contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan
isomalt. (Rismana, 2002).
Pemanis nutritif adalah
pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram.
Sedangkan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan
kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit
energi atau sama sekali tidak ada. Pemanis jenis ini banyak membantu dalam
manajemen mengatasi kelebihan berat badan, kontrol glukosa darah, dan kesehatan
gigi. (Rismana, 2002).
Menurut Frank C.Lu
(1995), bahan pemanis buatan mempunyai suatu rasa manis yang kuat tetapi nilai
kalorinya sedikit atau tidak ada. Karena itu berguna bagi penderita diabetes
dan siapa saja yang ingin menikmati rasa manis tanpa tambahan asupan kalori.
Selain itu, bahan pemanis buatan yang menonjol adalah sakarin, siklamat, dan
aspartame. Natrium siklamat dalam industri makanan dipakai sebagai bahan
pemanis nirgizi (non-nutritive) untuk mengganti sukrosa. (Sudarmadji, 1982).
Sedangkan menurut Wiranto (1984), meski ditemukan zat pemanis sintetis, tetapi
hanya beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan makanan dan yang mula-mula
digunakan adalah garam Na- dan Ca- siklamat yang kemanisannya tiga puluh kali kemanisan
sukrosa.
Perubahan kecil pada
struktur kimia dapat mengubah rasa senyawa dari manis menjadi pahit atau tidak
berasa. Contohnya Beidler (1966) meneliti sakarin dan senyawa penyulihnya.
Sakarin kemanisannya 500 kali gula. (de Man, 1977).
Menurut WHO makanan adalah semua
substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat – obatan dan substansi –
substansi yang dipergunakan untuk pengobatan. Menurut Departemen Kesehatan RI
makanan dan minuman adalah semua bahan, baik dalam bentuk yang dimakan manusia
kecuali air dan obat - obatan. Perkembangan industri pangan dan minuman akan
kebutuhan pemanis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Industri pangan dan
minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena selain harganya
relatif murah, tingkat kemanisan pemanis jauh lebih tinggi dari pemanis alami (
Cahyadi, 2008 ).
TUJUAN
Tujuan
dari pembuatan artikel ilmiah ini adalah untuk mengetahui Nutrisi Manusia dan
Kaitannya dengan Keuntungan dan Kelemahan Pemanis Terhadap Makanan dan Minuman.
METODE
PENULISAN
Metode penulisan artikel ilmiah ini
adalah dengan metode jelajah literatur. Dimana isi bahan ataupun tulisan dalam
artikel ilmiah ini merupakan hasil ringkasan dari beberapa sumber yang terkait
dan terpercaya.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Dari hasil perbandingan
jelajah literatur yang telah dilakukan, dapat di ketahui bahwa tubuh kita memerlukan
berbagai macam zat gizi, seperti karbohidrat, protein. Mineral, dan vitamin,
karena itu makanan yang kita makan harus mengandung zat – zat gizi tersebut.
Makanan dalam penyajiaannya juga memerlukan cita rasa yang enak dan penampilan
yang menarik, sehingga dapat membangkitkan selera makan.
Perkembangan
dan kemajuan teknologi telah banyak menemukan bahan – bahan sintetis yang dapat
menggantikan berbagai zat tambahan alami yang biasa digunakan sebelumnya,
seperti zat pemanis sintetis yang menggantikan zat pemanis alami. Bahan
tambahan makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami,
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter
pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Semua zat tambahan sintetis (
bahan pengawet, anti oksidan, pengikat logam, emulsi, pengental, pemutih,
bufer, zat pewarna, zat pemanis, makanan suplemen, penyedap rasa ) dalam
makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi ada kaitannya dengan kebutuhan
nutrisi pada manusia. Dimana apabila kita terlalu banyak mengkonsumsi zat aditif
sintetik akan mengurangi nutrisi dalam tubuh kita.
Pemanis adalah bahan
makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan
alami maupun buatan. Adapun jenis-jenis Pemanis dapat di bedakan Berdasarkan
proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural. Pemanis
sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Pemanis buatan adalah senyawa hasil
sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah
larut dalam air. Contoh dari pemanis ini antara lain aspartam, sakarin dan
siklamat. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari
bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis natural dihasilkan dari proses
ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, adapun
contohnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.
1. Pemanis Sintesis
a. Aspartam
Aspartam ditemukan pada
tahun 1965 secara kebetulan. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida
yaitu L-fenilalanin-metil ester yang mempunyai daya kemanisan kurang lebih dua
ratus kali kemanisan sakarosa. Struktur kimianya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
H O O
H2N—C—C—NH—CH—C—O—CH3
CH2 CH2 gugus kecil
C==O
OH
Asam aspartat
Fenilalanin
Aspartam
merupakan pemanis sintesis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl
ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu
asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin.
Aspartam dijual dengan
nama dagang komersial seperti Equal Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan
di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan
di minuman soda dan permen Belakangan aspartam mendapat penyelidikan lebih
lanjut mengenai kemungkinan aspartam menyebabkan banyak efek negatif. Dan
akhirnya, mangsa pasarnya mulai berkurang direbut oleh pemanis lain yaitu
sukralosa.
b. Sakarin
Sakarin berupa Ca- atau
Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama dikenal. Sakarin merupakan
senyawa benzosulfimida atau o-sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5NO3S.
Sakarin
merupakan pemanis rendah kalori yang sudah di kenal sejak lama. Sakarin tidak
mengandung kalori.
c. Siklamat
Siklamat diperkenalkan
ke dalam makanan dan minuman pada awal tahun 1950-an. Daya kemanisannya adalah
80 kali kemanisan sukrosa. Siklamat biasa dipakai dalam bentuk garam natrium
dan asam siklamat.
d. Sukade
Sukade adalah manisan
kulit jeruk sitrus, Citrus medica. Setelah dipetik dan dimasak dengan gula,
sukade dikeringkan dan dipotong-potong kecil. Sukade biasanya berwarna kuning
atau hijau tembus pandang, rasanya mirip jeruk tapi lebih pahit. Sukade
digunakan dalam berbagai kue dan pastry, oliebollen, dan roti kismis
(krentenbrood)
2. Pemanis Natural
a. Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa
dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99%
terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui
proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk digunakan di
Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak
sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
b. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga
dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu
di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa
dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa
merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan
dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat
yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.
c. Fruktosa
Fruktosa, dinamakan
juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai
rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda.
Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga
menimbulkan rasa manis
d. Galaktosa
Galaktosa, tidak
terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi
terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
e. Manosa
Manosa jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel
terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.
f. Pentosa
Pentosa, merupakan
bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya sangat kecil, sehingga
tidak penting sebagai sumber energi. Ribosa merupakan salah satu unsur dari
pentosa.
g. Maltosa
g. Maltosa
Maltosa (gula malt) tidak
terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati, seperti
yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian berkecambah dan di
dalam usus manusia pada pencernaan pati.
h. Laktosa
Laktosa (gula susu)
hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit
galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa.
Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran
pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang
menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap
laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa adalah gula yang rasanya
paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada
disakarida lain.
i. Sorbitol
Sorbitol, terdapat di
dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Enzim
aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam glukosa menjadi
alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat dilihat di bawah.
Sorbitol banyak
digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti minuman
ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila
dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan diubah di dalam hati
menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah lebih kecil daripada
sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat menyebabkan diare
pada pasien diabetes.
H H
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH HO—C—H
HO—C—H HO—C—H
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH H—C—OH
H H
Sorbitol Manitol
j. Manitol
Manitol adalah alkohol
yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol terdapat di dalam
nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo manitol diekstraksi
dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam
industri pangan.
k. Trehalosa
Trehalosa seperti juga
maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gila jamur. Sebanyak
15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa juga terdapat dalam
serangga.
l. Inositol
Inositol merupakan
alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdfapat dalam banyak bahan
makanan, terutama dalam sekam serealia.
m. Sukralosa
Sukralosa dihasilkan
dari proses klorinasi sukrosa. Pemanis ini mempunyai tingkat relatif kemanisan
yang sangat tinggi terhadap sukrosa yaitu 550-750 kalinya. Keuntungan lain
pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan karies dan tidak merusak
gigi, sehingga cocok untuk digunakan dalam industri kembang gula. Sukralosa
juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan
yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk
penderita diabetes dan program penurunan berat badan.
n. Palatinit
Pemanis ini merupakan
campuran dari 6-O-(x-D-glukopiranosil) -D-manitol dan
6-O-x-D-glukopiranosil)-D-sorbitol dan diproduksi melalui tiga tahap yaitu
hidrogenasi palatinosa, pemurnian, dan rekristalisasi. Pemanis ini sangat cocok
di konsumsi untuk penderita diabetes militus.
o. Leukrosa
Pemanis leukrosa
merupakan hasil sintetis dari campuran sukrosa dan fruktosa sebanyak 2 persen
serta menggunakan enzim dextranase dari Leuconostoc mesenteroides dan
dikembangkan oleh Pfeifer dan Langen (Jerman).
Masih banyak sebenarnya
pilihan bahan pemanis alternatif yang aman dan bergizi yang dapat digunakan
produsen untuk substitusi bahan pemanis sintetis di industri makanan dan
minuman. Tetapi bagaimanapun penggunaan ini harus didasari oleh niat baik
produsen untuk menghasilkan produknya yang bergizi serta sehat dan tidak hanya
menitikberatkan pada besarnya keuntungan semata.
Keberhasilan ini
tentunya harus ditunjang peran aktif pihak pengawas, yaitu Badan POM dan Depkes
di dalam implementasi fungsi pengawasan peredaran makanan dan minuman yang
sehat, terutama dalam merekomendasikan jenis pemanis yang aman.
Tabel
1. Pemanis yang Direkomendasikan Depkes Rl
Nama
|
Batas
Maksimum Penggunaan
|
Sakarin
( 300 – 700 x manis gula )
|
100 mg/kg (
permen ), 200 mg/kg ( es krim, jelly), 300 mg/kg ( saus, es lilin, minuman
ringan, yughurt)
|
Siklamat
( 30 – 80 x manis gula )
|
1 g/kg (
permen ), 2 g/kg ( es krim, jelly ), 3 mg/kg ( saus, es lilin, minuman
ringan, yoghurt)
|
Sumber, Depkes RI tahun 2008
Tabel 2. Batasan maksimum penggunaan zat
pemanis buatan
Pemanis
Buatan
|
Batasan
mg/kg bahan
|
Acesulfam-K
Alitam
Aspartam
Siklamat
Neotam
Sakarin
Sukralosa
Isomalt
Laktitol
Maltisol
Manitol
Sorbitol
Xilitol
|
15 mg/kg
bahan
0.34 mg/kg
bahan
50 mg/kg
bahan
11 mg/kg
bahan
2 mg/kg bahan
5 mg/kg bahan
10-15 mg/kg
bahan
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
|
Sumber :
Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1998
Pembatasan
tersebut dikenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake ) atau asupan harian yang
dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat
badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang
merugikan kesehatan.
Penggunaan pemanis buatan yang
semula hanya ditujukan pada produk – produk khusus bagi penderita diabetes,
saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai poduk pangan secara umum.
Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau
ditambahkan langsung oleh masyarakat kedalam makanan atau minuman sebagai
pengganti gula.
Pemanis buatan diperoleh secara
sintetis melalui reaksi – reaksi kimia dilaboratorium maupun skala industri.
Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut
mengandung senyawa – senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu di
waspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang
merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis
pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Oleh
karena itu Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) telah menetapkan batas – batas yang
disebut Acceptable.
Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan ( BPOM ) RI tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan
pemanis buatan dalam produk pangan menyebutkan bahwa pemanis buatan tidak
diizinkan penggunaannya pada produk pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi
oleh kelompok tertentu meliputi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam
upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Penggunaan aspartam
bagi orang yang menderita penyakit turunan yang dikenal sebagai fenilketonuria
perlu mendapat perhatian khusus.
Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang
memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak mampu
memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan membatasi
pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkannya karena fenilalanin merupakan asam
amino esensial yang penting bagi kehidupan. Berlebihnya jumlah fenilalanin pada
penderita fenilketonuria dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental,
karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin akan menumpuk dalam
otak ( Yuliarti, 2007).
Bahan pemanis buatan yang disebut
siklamat, yang telah digunakan untuk berpuluh tahun lamanya dalam proses
produksi makanan dan minuman botol, ternyata dapat menyebabkan kanker perut dan
alat pencernaan lainnya. Disamping siklamat, dijumpai pula bahwa pemanis buatan
lainnya yang disebut sakarin, yang juga dapat menyebabkan kanker ginjal dan
kanker rahim, oleh karena itu maka sebaiknya hindari pemakaian pemanis
tersebut.
KESIMPULAN
Dari hasil
pembahasan nutrisi manusia dan kaitannya dengan keuntungan dan kelemahan
penggunaan zat aditif pada makanan dan minuman diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pemanis adalah bahan
makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan
alami maupun buatan.
2.
Penambahan
pemanis dalam makanan dan minuman bertujuan untuk mempertajam penerimaan
terhadap rasa manis tersebut, dan jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan
tumor dan bersifat karsinogenik.
3.
Mengonsumsi
pemanis yang berlebih akan mengurangi nutrisi makanan bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
NOVITA, FELICIA. 2009.Penetapan Kadar Aspartam Pada Minuman Serbuk
Dengan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. eprints.ung.ac.id/6271/.( 03/09/2014 13.50)
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. eprints.ung.ac.id/6271/.( 03/09/2014 13.50)
http://aidy-data.blogspot.com/2012/03/abstrak-gizi-buruk.html (
19/09/2014 08.30)
http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/zat-pemanis-alami-dan-sintetisbuatan.html (
19/09/2014 20:54)
19/09/2014 20:54)
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15652&val=1027&title=(
18/09/2014
19.23)
19.23)
http://indahahaddini.wordpress.com/2010/12/15/hello-world/ ( 19/09/2014 21:48)