Selasa, 23 September 2014

BIOKIMIA



NUTRISI MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN PEMANIS PADA MAKANAN DAN MINUMAN

Oleh :
SITI NUR RAMADANI
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Kimia
 FMIPA UNIMED



ABSTRAK
Kebiasaan makan masyarakat zaman sekarang yang mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji berpengaruh besar terhadap berbagai kandungan baik zat – zat pada makanan alami serta buatan, terutama zat – zat kimia, pengawet, penyedap dan pemanis yang dominan terkandung di dalam makanan dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Semua zat tambahan sintetis ( bahan pengawet, anti oksidan, pengikat logam, emulsi, pengental, pemutih, bufer, zat pewarna, zat pemanis, makanan suplemen, penyedap rasa ) dalam makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi ada kaitannya dengan kebutuhan nutrisi pada manusia. Dimana apabila kita terlalu banyak mengkonsumsi zat aditif sintetik akan mengurangi nutrisi dalam tubuh kita. Penulisan artikel ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui nutrisi manusia dan kaitannya dengan keuntungan dan kelemahan pemanis pada makanan dan minuman. Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan metode jelajah literatur dari berbagai sumber di internet. Hasil dari jelajah literatur ini diperoleh bahwa Pemanis adalah bahan makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan alami maupun buatan. Contoh dari pemanis buatan antara lain aspartam, sakarin dan siklamat. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, adapun contohnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan penyakit yang bersifat karsinogenik lainnya. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) telah menetapkan batas – batas yang disebut Acceptable.

Kata kunci : Pemanis, makanan, minuman, nutrisi.


ABSTRACK

Eating habits of today's society that consume a variety of fast food major impact on both the content of various substances in the natural food and artificial, especially chemicals, preservatives, flavorings and sweeteners contained in the dominant and the food is very harmful for health. All synthetic additives (preservatives, anti-oxidants, metal binder, emulsion, thickener, bleaching, buffers, coloring agents, sweeteners, food supplements, flavors) in foods and beverages commonly consumed is related with the nutritional needs of humans. Where if we consume too many synthetic additives will reduce the nutrients in our body.  This scientific article aims to determine human nutrition and its relation to the advantages and drawbacks sweetener in foods and beverages. Writing in this scientific article using literature from a variety sources on the internet. The results of this literature study found that the sweetener is a food ingredient that is used to create a good sweet flavor derived from natural and artificial materials. Examples of artificial sweeteners such as aspartame, saccharin and cyclamate. Natural sweeteners is a sweet flavoring ingredients are derived from plant materials or animal. Natural sweetener produced from the extraction or isolation from plants and fruits or through enzymatic, as for example is sucrose, glucose, fructose, sorbitol, mantitol, and isomalt. The results showed that some types of artificial sweeteners can potentially cause tumors and carcinogenic. Therefore, the World Health Organization (WHO) has set limits of Acceptable.

Keywoard : Sweeteners, foods, drinks, nutrition.


PENDAHULUAN
            Kebiasaan makan masyarakat zaman sekarang yang mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji berpengaruh besar terhadap berbagai kandungan baik zat – zat pada makanan alami serta buatan, terutama zat – zat kimia, pengawet, penyedap dan pemanis yang dominan terkandung di dalam makanan dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Contoh makanan instan yang sering dikonsumsi masyarakat, misalnya kue – kue kering, keripik, crispy, jelly, berbagai jenis permen, minuman dan makanan ringan lainnya.
            Data hasil survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (1999) menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan penduduk perkotaan untuk makanan jajanan meningkat dari 9,19% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Selain itu, kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi remaja perkotaan menyumbang 21% energi dan 16% protein. Sementara itu kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi anak usia sekolah menyumbang 5,5% energi dan 4,2% protein.
Akibat kemajuan teknologi pangan dewasa ini, tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis karena semakin sibuk sehingga tidak sempat memasak, dan terjaminnya kebutuhan berbagai jenis makanan dalam jumlah besar sepanjang tahun tanpa menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi, semua hal tersebut mendorong produksi dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTM).
            Nutrisi adalah zat – zat yang diperlukan dan dikandung dalam makanan yang baik bagi tubuh manusia. Sedangkan zat pemanis merupakan bahan yang digunakan agar makanan mempunyai rasa manis atau lebih manis. Zat pemanis dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami dan pemanis buatan. Pada faktanya masih banyak masyarakat yang memiliki pola makan tidak sehat ( sering mengkonsumsi makanan yang mengandung berbagai zat – zat buatan atau sintetik ) dan hal tersebut sebenarnya harus segera dihindari karena sangat mempengaruhi nutrisi dalam tubuh.
            Menurut WHO (1983) seperti yang dikutip oleh Frank C.Lu (1995), zat tambahan makanan adalah “bahan apapun yang biasanya tidak digunakan sebagai bahan-bahan khas untuk makanan, baik mempunyai nilai gizi atau tidak, yang bila ditambahkan dengan sengaja pada makanan untuk tujuan teknologi (termasuk organoleptik) dalam pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengmasan, pengangkutan, atau penanganan makanan akan mengakibatkan atau dapat diharapkan berakibat (secara langsung atau tak langsung) makanan itu atau mempengaruhi ciri-ciri makanan itu. Istilah ini tidak mencakup ‘pencemar’ atau zat-zat yang ditambahkan pada makanan untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu gizi”.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam bahan tambahan kimia, selain zat yang lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna, dan lain sebagainya (Rismana, 2002).
            Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural atau alami. Sedangkan berdasarkan fungsinya, pemanis dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat nutritif dan non-nutritif. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Contoh dari pemanis ini antara lain taumatin, alimat, siklamat, aspartam, dan sakarin. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt. (Rismana, 2002).
Pemanis nutritif adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Sedangkan pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sama sekali tidak ada. Pemanis jenis ini banyak membantu dalam manajemen mengatasi kelebihan berat badan, kontrol glukosa darah, dan kesehatan gigi. (Rismana, 2002).
Menurut Frank C.Lu (1995), bahan pemanis buatan mempunyai suatu rasa manis yang kuat tetapi nilai kalorinya sedikit atau tidak ada. Karena itu berguna bagi penderita diabetes dan siapa saja yang ingin menikmati rasa manis tanpa tambahan asupan kalori. Selain itu, bahan pemanis buatan yang menonjol adalah sakarin, siklamat, dan aspartame. Natrium siklamat dalam industri makanan dipakai sebagai bahan pemanis nirgizi (non-nutritive) untuk mengganti sukrosa. (Sudarmadji, 1982). Sedangkan menurut Wiranto (1984), meski ditemukan zat pemanis sintetis, tetapi hanya beberapa saja yang boleh dipakai dalam bahan makanan dan yang mula-mula digunakan adalah garam Na- dan Ca- siklamat yang kemanisannya tiga puluh kali kemanisan sukrosa.
Perubahan kecil pada struktur kimia dapat mengubah rasa senyawa dari manis menjadi pahit atau tidak berasa. Contohnya Beidler (1966) meneliti sakarin dan senyawa penyulihnya. Sakarin kemanisannya 500 kali gula. (de Man, 1977).
            Menurut WHO makanan adalah semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat – obatan dan substansi – substansi yang dipergunakan untuk pengobatan. Menurut Departemen Kesehatan RI makanan dan minuman adalah semua bahan, baik dalam bentuk yang dimakan manusia kecuali air dan obat - obatan. Perkembangan industri pangan dan minuman akan kebutuhan pemanis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Industri pangan dan minuman lebih menyukai menggunakan pemanis sintetis karena selain harganya relatif murah, tingkat kemanisan pemanis jauh lebih tinggi dari pemanis alami ( Cahyadi, 2008 ).

TUJUAN
Tujuan dari pembuatan artikel ilmiah ini adalah untuk mengetahui Nutrisi Manusia dan Kaitannya dengan Keuntungan dan Kelemahan Pemanis Terhadap Makanan dan Minuman.

METODE PENULISAN
            Metode penulisan artikel ilmiah ini adalah dengan metode jelajah literatur. Dimana isi bahan ataupun tulisan dalam artikel ilmiah ini merupakan hasil ringkasan dari beberapa sumber yang terkait dan terpercaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
            Dari hasil perbandingan jelajah literatur yang telah dilakukan, dapat di ketahui bahwa tubuh kita memerlukan berbagai macam zat gizi, seperti karbohidrat, protein. Mineral, dan vitamin, karena itu makanan yang kita makan harus mengandung zat – zat gizi tersebut. Makanan dalam penyajiaannya juga memerlukan cita rasa yang enak dan penampilan yang menarik, sehingga dapat membangkitkan selera makan.
Perkembangan dan kemajuan teknologi telah banyak menemukan bahan – bahan sintetis yang dapat menggantikan berbagai zat tambahan alami yang biasa digunakan sebelumnya, seperti zat pemanis sintetis yang menggantikan zat pemanis alami. Bahan tambahan makanan (BTM) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. Semua zat tambahan sintetis ( bahan pengawet, anti oksidan, pengikat logam, emulsi, pengental, pemutih, bufer, zat pewarna, zat pemanis, makanan suplemen, penyedap rasa ) dalam makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi ada kaitannya dengan kebutuhan nutrisi pada manusia. Dimana apabila kita terlalu banyak mengkonsumsi zat aditif sintetik akan mengurangi nutrisi dalam tubuh kita.
Pemanis adalah bahan makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan alami maupun buatan. Adapun jenis-jenis Pemanis dapat di bedakan Berdasarkan proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia. Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan juga mudah larut dalam air. Contoh dari pemanis ini antara lain aspartam, sakarin dan siklamat. Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari tanaman dan buah atau melalui enzimatis, adapun contohnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol, mantitol, dan isomalt.
1. Pemanis Sintesis
a. Aspartam
Aspartam ditemukan pada tahun 1965 secara kebetulan. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yaitu L-fenilalanin-metil ester yang mempunyai daya kemanisan kurang lebih dua ratus kali kemanisan sakarosa. Struktur kimianya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
H O O
H2N—C—C—NH—CH—C—O—CH3
CH2 CH2 gugus kecil
C==O
OH
Asam aspartat
 Fenilalanin
            Aspartam merupakan pemanis sintesis non-karbohidrat, aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin.
Aspartam dijual dengan nama dagang komersial seperti Equal Nutrasweet dan Canderel dan telah digunakan di hampir 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. Terutama digunakan di minuman soda dan permen Belakangan aspartam mendapat penyelidikan lebih lanjut mengenai kemungkinan aspartam menyebabkan banyak efek negatif. Dan akhirnya, mangsa pasarnya mulai berkurang direbut oleh pemanis lain yaitu sukralosa.
b. Sakarin
Sakarin berupa Ca- atau Na-sakarin merupakan pemanis buatan yang paling lama dikenal. Sakarin merupakan senyawa benzosulfimida atau o-sulfobenzimida dengan rumus molekul C7H5NO3S.
            Sakarin merupakan pemanis rendah kalori yang sudah di kenal sejak lama. Sakarin tidak mengandung kalori.
c. Siklamat
Siklamat diperkenalkan ke dalam makanan dan minuman pada awal tahun 1950-an. Daya kemanisannya adalah 80 kali kemanisan sukrosa. Siklamat biasa dipakai dalam bentuk garam natrium dan asam siklamat.
d. Sukade
Sukade adalah manisan kulit jeruk sitrus, Citrus medica. Setelah dipetik dan dimasak dengan gula, sukade dikeringkan dan dipotong-potong kecil. Sukade biasanya berwarna kuning atau hijau tembus pandang, rasanya mirip jeruk tapi lebih pahit. Sukade digunakan dalam berbagai kue dan pastry, oliebollen, dan roti kismis (krentenbrood)


2. Pemanis Natural
a. Sukrosa
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Gula merah yang banayk digunakan di Indonesia dibuat dari tebu, kelapa atau enau melalui proses penyulingan tidak sempurna. Sukrosa juga terdapat di dalam buah, sayuran, dan madu.
b. Glukosa
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.
c. Fruktosa
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosda merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis
d. Galaktosa
Galaktosa, tidak terdapat bebas di alam seperti halnya glukosa dan fruktosa, akan tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa.
e. Manosa
Manosa jarang terdapat di dalam makanan. Di gurun pasir, seperti di Israel terdapat di dalam manna yang mereka olah untuk membuat roti.
f. Pentosa
Pentosa, merupakan bagian sel-sel semua bahan makanan alami. Jumlahnya sangat kecil, sehingga tidak penting sebagai sumber energi. Ribosa merupakan salah satu unsur dari pentosa.
g. Maltosa
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap pemecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau bijian berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati.
h. Laktosa
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Kekurangan laktase ini menyebabkan ketidaktahanan terhadap laktosa. Laktosa yang tidak dicerna tidak dapat diserap dan tetap tinggal dalam saluran pencernaan. Hal ini mempengaruhi jenis mikroorgnaisme yang tumbuh, yang menyebabkan gejala kembung, kejang perut, dan diare. Ketidaktahanan terhadap laktosa lebih banyak terjadi pada orang tua. Mlaktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lain.
i. Sorbitol
Sorbitol, terdapat di dalam beberapa jenis buah dan secara komersial dibuat dari glukosa. Enzim aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam glukosa menjadi alkohol (CH2OH). Struktur kimianya dapat dilihat di bawah.
Sorbitol banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan diubah di dalam hati menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah lebih kecil daripada sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat menyebabkan diare pada pasien diabetes.
H H
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH HO—C—H
HO—C—H HO—C—H
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH H—C—OH
H—C—OH H—C—OH
H H
Sorbitol Manitol
j. Manitol
Manitol adalah alkohol yang dibuat dari monosakarida manosa dan galaktosa. Manitol terdapat di dalam nanas, asparagus, ubi jalar, dan wortel. Secara komersialo manitol diekstraksi dari sejenis rumput laut. Kedua jenis alkohol ini banyak digunakan dalam industri pangan.
k. Trehalosa
Trehalosa seperti juga maltosa, terdiri atas dua mol glukosa dan dikenal sebagai gila jamur. Sebanyak 15% bagian kering jamur terdiri atas trehalosa. Trehalosa juga terdapat dalam serangga.
l. Inositol
Inositol merupakan alkohol siklis yang menyerupai glukosa. Inositol terdfapat dalam banyak bahan makanan, terutama dalam sekam serealia.
m. Sukralosa
Sukralosa dihasilkan dari proses klorinasi sukrosa. Pemanis ini mempunyai tingkat relatif kemanisan yang sangat tinggi terhadap sukrosa yaitu 550-750 kalinya. Keuntungan lain pemanis ini adalah sifatnya yang tidak menyebabkan karies dan tidak merusak gigi, sehingga cocok untuk digunakan dalam industri kembang gula. Sukralosa juga bersifat non-nutritif, dicirikan dari rendahnya kalori yang dihasilkan yaitu sekitar 2 kalori per satu sendok teh, sehingga dapat digunakan untuk penderita diabetes dan program penurunan berat badan.
n. Palatinit
Pemanis ini merupakan campuran dari 6-O-(x-D-glukopiranosil) -D-manitol dan 6-O-x-D-glukopiranosil)-D-sorbitol dan diproduksi melalui tiga tahap yaitu hidrogenasi palatinosa, pemurnian, dan rekristalisasi. Pemanis ini sangat cocok di konsumsi untuk penderita diabetes militus.
o. Leukrosa
Pemanis leukrosa merupakan hasil sintetis dari campuran sukrosa dan fruktosa sebanyak 2 persen serta menggunakan enzim dextranase dari Leuconostoc mesenteroides dan dikembangkan oleh Pfeifer dan Langen (Jerman).        
Masih banyak sebenarnya pilihan bahan pemanis alternatif yang aman dan bergizi yang dapat digunakan produsen untuk substitusi bahan pemanis sintetis di industri makanan dan minuman. Tetapi bagaimanapun penggunaan ini harus didasari oleh niat baik produsen untuk menghasilkan produknya yang bergizi serta sehat dan tidak hanya menitikberatkan pada besarnya keuntungan semata.     
Keberhasilan ini tentunya harus ditunjang peran aktif pihak pengawas, yaitu Badan POM dan Depkes di dalam implementasi fungsi pengawasan peredaran makanan dan minuman yang sehat, terutama dalam merekomendasikan jenis pemanis yang aman.





Tabel 1. Pemanis yang Direkomendasikan Depkes Rl
Nama
Batas Maksimum Penggunaan
Sakarin ( 300 – 700 x manis gula )
100 mg/kg ( permen ), 200 mg/kg ( es krim, jelly), 300 mg/kg ( saus, es lilin, minuman ringan, yughurt)
Siklamat ( 30 – 80 x manis gula )
1 g/kg ( permen ), 2 g/kg ( es krim, jelly ), 3 mg/kg ( saus, es lilin, minuman ringan, yoghurt)
  Sumber, Depkes RI tahun 2008

 Tabel 2. Batasan maksimum penggunaan zat pemanis buatan
Pemanis Buatan
Batasan mg/kg bahan
Acesulfam-K
Alitam
Aspartam
Siklamat
Neotam
Sakarin
Sukralosa
Isomalt
Laktitol
Maltisol
Manitol
Sorbitol
Xilitol
15 mg/kg bahan
0.34 mg/kg bahan
50 mg/kg bahan
11 mg/kg bahan
2 mg/kg bahan
5 mg/kg bahan
10-15 mg/kg bahan
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
Not specified
Sumber : Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1998

Pembatasan tersebut dikenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake ) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan.
            Penggunaan pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk – produk khusus bagi penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai poduk pangan secara umum. Beberapa pemanis buatan bahkan tersedia untuk dapat langsung digunakan atau ditambahkan langsung oleh masyarakat kedalam makanan atau minuman sebagai pengganti gula.
            Pemanis buatan diperoleh secara sintetis melalui reaksi – reaksi kimia dilaboratorium maupun skala industri. Karena diperoleh melalui proses sintetis dapat dipastikan bahan tersebut mengandung senyawa – senyawa sintetis. Penggunaan pemanis buatan perlu di waspadai karena dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) telah menetapkan batas – batas yang disebut Acceptable.
            Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan ( BPOM ) RI tentang persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk pangan menyebutkan bahwa pemanis buatan tidak diizinkan penggunaannya pada produk pangan olahan tertentu untuk dikonsumsi oleh kelompok tertentu meliputi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Penggunaan aspartam bagi orang yang menderita penyakit turunan yang dikenal sebagai fenilketonuria perlu mendapat perhatian khusus.
            Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang memiliki kelainan tersebut. Orang yang menderita fenilketonuria tidak mampu memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan membatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkannya karena fenilalanin merupakan asam amino esensial yang penting bagi kehidupan. Berlebihnya jumlah fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin akan menumpuk dalam otak ( Yuliarti, 2007).
            Bahan pemanis buatan yang disebut siklamat, yang telah digunakan untuk berpuluh tahun lamanya dalam proses produksi makanan dan minuman botol, ternyata dapat menyebabkan kanker perut dan alat pencernaan lainnya. Disamping siklamat, dijumpai pula bahwa pemanis buatan lainnya yang disebut sakarin, yang juga dapat menyebabkan kanker ginjal dan kanker rahim, oleh karena itu maka sebaiknya hindari pemakaian pemanis tersebut.

KESIMPULAN
            Dari hasil pembahasan nutrisi manusia dan kaitannya dengan keuntungan dan kelemahan penggunaan zat aditif pada makanan dan minuman diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pemanis adalah bahan makanan yang digunakan untuk menimbulkan rasa manis baik diperoleh dari bahan alami maupun buatan.
2.      Penambahan pemanis dalam makanan dan minuman bertujuan untuk mempertajam penerimaan terhadap rasa manis tersebut, dan jenis pemanis buatan berpotensi menyebabkan tumor dan bersifat karsinogenik.
3.      Mengonsumsi pemanis yang berlebih akan mengurangi nutrisi makanan bagi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

NOVITA, FELICIA. 2009.Penetapan Kadar Aspartam Pada Minuman Serbuk Dengan   
         Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. eprints.ung.ac.id/6271/.( 03/09/2014 13.50)